Yang Terjadi pada Tubuh saat Berhenti Konsumsi Olahan Susu

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   07 Mei 2021
Yang Terjadi pada Tubuh saat Berhenti Konsumsi Olahan Susu Yang Terjadi pada Tubuh saat Berhenti Konsumsi Olahan Susu

Halodoc, Jakarta - Susu adalah salah satu minuman sehat yang sangat lezat. Siapa yang bisa menolak nikmatnya es krim vanilla atau kopi susu? Dua jenis minuman olahan susu tersebut menjadi favorit banyak orang. Nyatanya, susu juga mengandung banyak nutrisi seperti kalsium, protein, dan magnesium. Sayangnya, susu bukanlah sesuatu yang baik bagi orang Amerika. Sekitar 65 persen penduduknya memiliki alergi terhadap laktosa atau disebut intoleransi laktosa

Orang yang mengalami intoleransi laktosa tidak mampu menghasilkan cukup enzim laktase, yang bertanggung jawab untuk memecah laktosa (gula dalam susu) menjadi glukosa dan galaktosa. Artinya, laktosa langsung bergerak ke usus besar padahal seharusnya diproses atau diserap oleh tubuh. Akibatnya beberapa gejala seperti kembung, kram, dan diare akan terjadi.

Ternyata, mereka yang alami intoleransi laktosa bisa saja merasakan keuntungan tersendiri. Pasalnya ia mengalami beberapa manfaat bagi tubuhnya. Nah, simak beberapa hal yang terjadi saat seseorang berhenti konsumsi susu dan produk olahannya berikut: 

Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat Anak Minum Susu?

Sakit Perut dan Kembung Akan Hilang 

Ketika tubuh kamu tidak dapat memecah laktosa, itu menciptakan asam dan gas dalam saluran usus. Hal-hal itu yang mengakibatkan kram perut, kembung, dan gas yang menyebabkan kondisi yang tidak nyaman. Ketika kamu berhenti makan produk susu, maka kamu seharusnya tidak memiliki masalah perut yang menjengkelkan ini lagi. 

Berat Badan Turun

Laktosa adalah gula, dan gula dapat berkontribusi pada penambahan berat badan. Ketika kamu memutuskan untuk berhenti konsumsi susu seperti apa yang para vegan lakukan, maka kamu telah memotong konsumsi gula ke tubuh. Mengurangi asupan gula adalah salah satu langkah pertama yang banyak diambil untuk menurunkan berat badan.

Buang Air Besar Akan Lebih Lancar

Akibat lain yang tidak menyenangkan saat kamu konsumsi susu adalah kemunculan diare. Diare terjadi karena seseorang yang alami intoleransi laktosa alami peningkatan jumlah air dalam usus akibat konsumsi susu. Dengan menghapus jenis makanan ini, maka kamu memiliki tekstur feses yang normal. Sembelit bisa menjadi gejala intoleransi produk susu. Meskipun ini jarang, tetapi jika kamu memutuskan untuk berhenti minum susu maka pencernaan menjadi lebih lancar karena sistem pencernaan bekerja lebih baik dan feses bisa keluar dengan lebih mudah. 

Baca juga: Perlukah Wanita Minum Susu Khusus Ibu Hamil 

Meningkatkan Kesehatan Usus

Bagi orang-orang yang tidak mentolerir susu, keju, dan produk susu lainnya, dapat sebabkan kelainan pada bakteri usus. Susu dapat menyebabkan berbagai kepekaan, serta pertumbuhan berlebih dari ragi dan peradangan pada saluran cerna yang mengakibatkan usus kelelahan, sakit perut, dan mual. Jika kamu tidak menjadikan susu sebagai menu harian, maka dapat membantu menyembuhkan usus dan mengisi kembali bakteri sehat ke dalam usus secara perlahan. 

Kulit Terlihat Lebih Baik

Tubuh kita membersihkan limbah dan racun dengan tiga cara: buang air kecil, buang kotoran, dan melalui pori-pori kita. Apabila kamu alami intoleransi laktosa, maka sensitivitas itu datang melalui beberapa gejala di kulit dalam bentuk komedo, jerawat, ruam, dan bahkan eksim. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa susu dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk mengembangkan jerawat pada seseorang, tetapi studi jangka panjang lebih lanjut diperlukan untuk mendukung temuan ini.

Baca juga: Ganti Susu Sapi dengan Kedelai, Sama Manfaatnya?

Dari semua manfaat di atas, sebetulnya semuanya lebih terasa jika kamu memiliki intoleransi laktosa. Untuk tips kesehatan mengenai konsumsi susu, kamu bisa chat dengan dokter di Halodoc untuk mengetahui informasi kesehatan yang tepat dan bermanfaat.

Referensi:
Prevention. Diakses pada 2019. Things That Happen to Your Body When You Stop Eating Dairy, According to Dietitians.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan