Benarkah Lansia Berisiko Alami Sindrom Cauda Equina?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   26 Agustus 2021
Benarkah Lansia Berisiko Alami Sindrom Cauda Equina?Benarkah Lansia Berisiko Alami Sindrom Cauda Equina?

“Meski tergolong langka, sindrom cauda equina adalah gangguan yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen bila tidak segera ditangani. Faktor risiko yang dapat memicunya pun dapat bervariasi, salah satunya adalah faktor usia. Untuk itu, perlu diketahui bahwa mereka yang sudah berusia lanjut (lansia) memiliki risiko lebih tinggi terhadap sindrom ini, dibanding yang masih muda.”

Halodoc, Jakarta - Meski tergolong kondisi medis yang langka, sindrom cauda equina yang tidak ditangani dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, inkontinensia urine dan tinja, hingga disfungsi seksual. Oleh sebab itu, gangguan kesehatan ini sebaiknya tidak disepelekan. Akan tetapi, benarkah sindrom ini memiliki risiko tinggi untuk terjadi pada lansia?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa sindrom cauda equina adalah kondisi ketika sekumpulan akar saraf di bagian bawah saraf tulang belakang mengalami tekanan. Sindrom ini disebabkan oleh berbagai kondisi yang mengakibatkan peradangan atau terjepitnya saraf di bagian bawah tulang belakang. 

Baca juga: Kenali 4 Penyakit yang Bisa Serang Saraf        

Faktor Risiko Sindrom Cauda Equina

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena sindrom cauda equina, salah satunya adalah faktor usia. Orang lanjut usia alias lansia memang memiliki risiko lebih tinggi terhadap sindrom ini ketimbang yang berusia muda. Namun, selain usia, beberapa faktor lain yang juga turut meningkatkan risiko adalah:

  • Atlet.
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
  • Sering mengangkat atau mendorong benda berat.
  • Cedera punggung akibat jatuh atau kecelakaan.

Selain beberapa faktor tersebut, sindrom cauda equina juga dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu. Salah satu kondisi medis yang cukup umum menyebabkan sindrom ini adalah herniasi diskus atau hernia nukleus pulposus. Herniasi diskus adalah kondisi ketika bantalan tulang belakang mengalami pergeseran. 

Selain itu, ada beberapa kondisi medis lainnya yang juga dapat menyebabkan sindrom cauda equina, yaitu:

  • Infeksi atau peradangan pada tulang belakang.
  • Stenosis spinal.
  • Cedera tulang belakang bagian bawah.
  • Cacat lahir.
  • Malformasi arteri vena.
  • Tumor pada tulang belakang.
  • Perdarahan tulang belakang (subarachnoid, subdural, epidural).
  • Komplikasi pasca operasi tulang belakang.

Bisakah Sindrom Cauda Equina Dicegah?

Sebenarnya, pencegahan sindrom cauda equina terbilang sulit dilakukan. Sebab, kondisi tersebut seringkali disebabkan oleh trauma yang tidak disadari atau tidak bisa diprediksi. Akan tetapi, sindrom cauda equina juga dapat disebabkan oleh infeksi akibat penyalahgunaan jarum suntik dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya). Maka, tidak menggunakan narkoba dapat menjadi salah satu langkah pencegahan yang tepat. Namun, ada beberapa upaya lain yang tentunya dapat dilakukan guna mengurangi risiko sindrom cauda equina, antara lain:

  • Selalu menjaga berat badan agar tetap ideal.
  • Hindari aktivitas fisik mengangkat atau mendorong benda berat.
  • Bila sedang duduk, bergerak, atau mengangkat beban, posisi tubuh harus diperhatikan.
  • Menggunakan pelindung diri ketika melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan cedera.
  • Berolahraga secara teratur, khususnya olahraga yang dapat memperkuat otot punggung.

Seperti Gejala Sindrom Cauda Equina?

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa sindrom cauda equina terjadi ketika sekumpulan akar saraf di bagian bawah saraf tulang belakang mengalami tekanan. Akar saraf ini memiliki peran sebagai penghubung antara otak dan organ tubuh bagian bawah, dalam mengirim dan menerima sinyal sensorik dan motorik, dari dan menuju tungkai, kaki, dan organ panggul. 

Ketika akar saraf tertekan, sinyal akan terputus, memengaruhi fungsi bagian tubuh tertentu, dan menimbulkan berbagai gejala. Namun, gejala sindrom cauda equina dapat bervariasi, berkembang secara bertahap, dan terkadang menyerupai gejala penyakit lainnya, sehingga sulit untuk terdiagnosis. 

Baca juga: 5 Gejala Penyakit Saraf yang Perlu Diketahui

Gejala yang dapat muncul adalah:

  • Nyeri hebat di punggung bagian bawah.
  • Nyeri di sepanjang saraf panggul (skiatika), baik pada satu atau kedua tungkai.
  • Mati rasa di area pangkal paha.
  • Gangguan buang air besar dan buang air kecil.
  • Berkurang atau hilangnya refleks anggota tubuh bagian bawah.
  • Otot tungkai melemah.

Bila kamu mengalami berbagai gejala tersebut, jangan ragu untuk segera mendiskusikannya dengan dokter. Hal ini bertujuan agar deteksi dan penanganan terhadap gangguan kesehatan dapat dilakukan sedari dini. Melalui aplikasi Halodoc, kamu dapat menghubungi dokter spesialis terpercaya lewat fitur chat/video call secara langsung. Bila perlu ke rumah sakit, kamu juga dapat menikmati kemudahan buat janji dengan dokter di rumah sakit pilihanmu, tanpa perlu mengantre lama melalui aplikasi Halodoc. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!

Ini Cara Memastikan Diagnosis Sindrom Cauda Equina

Untuk memastikan diagnosis sindrom cauda equina, dokter dapat memeriksa keluhan dan gejala yang timbul. Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan fisik. Selama pemeriksaan fisik berlangsung, dokter akan menguji keseimbangan, kekuatan, koordinasi, dan refleks pada tungkai dan kaki pasien. Caranya adalah dengan menginstruksikan pasien untuk:

  • Duduk.
  • Berdiri.
  • Berjalan dengan tumit dan jari kaki.
  • Mengangkat kaki dalam posisi berbaring.
  • Membungkukkan tubuh ke depan, belakang, dan samping.

Baca juga: Sebelum Bertemu Dokter Spesialis Neurologi, Ini Persiapannya

Selain pemeriksaan fisik, tes pencitraan juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis pasien, seperti:

  • Mielografi, yaitu prosedur pemeriksaan tulang belakang dengan menggunakan sinar-X dan cairan kontras yang disuntikkan ke dalam jaringan sekitar tulang belakang. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan tekanan yang terjadi pada saraf tulang belakang.
  • CT scan, untuk menghasilkan gambar kondisi sumsum tulang belakang dan jaringan sekitarnya dari berbagai sudut.
  • MRI, untuk menghasilkan gambar detail sumsum tulang belakang, akar saraf, dan area sekitar tulang belakang.
  • Elektromiografi, untuk mengevaluasi dan merekam aktivitas elektrik yang dihasilkan oleh otot dan sel saraf. Hasil elektromiografi dapat melihat gangguan fungsi saraf dan otot.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2019. Cauda Equina Syndrome Overview
Emedicine Health. Diakses pada 2019. Cauda Equina Syndrome
Healthline. Diakses pada 2019. What Is Cauda Equina Syndrome (CES) and How Is It Treated?
American Association of Neurological Surgeons. Diakses pada 2021. Cauda Equina Syndrome




Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan