Jangan Terlalu Lama Main Media Sosial, Ini Alasannya

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   30 Agustus 2018
Jangan Terlalu Lama Main Media Sosial, Ini AlasannyaJangan Terlalu Lama Main Media Sosial, Ini Alasannya

Halodoc, Jakarta – Di era digital seperti sekarang, cara orang berkomunikasi mulai berubah. Yang semula bertatap muka, saat ini, seseorang sudah bisa berkomunikasi hanya dengan gadget. Misalnya, melalui fitur video call, chat, atau voice call.

Era digital juga memudahkan seseorang untuk berbagi informasi dan bersosialisasi melalui media sosial. Data dari We Are Social bahkan menyebut, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu selama 3 jam 23 menit sehari untuk mengakses sosial media. Laporan berjudul “Essential Insight Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World” tahun 2018 juga menyebut, jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 130 juta orang atau 49 persen dari total penduduknya.

Adakah Durasi Ideal untuk Bermain Media Sosial?

Jawabannya tidak ada. Para ahli sendiri belum menentukan durasi ideal untuk bermain media sosial. Pasalnya, setiap orang punya kondisi psikologis dan reaksi emosional yang berbeda-beda terhadap konten media sosial. Namun, seorang ahli menganjurkan agar kamu membatasi penggunaan media sosial 30–60 menit per hari. Pembatasan ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif bermain media sosial terhadap kondisi psikologis dan emosional seseorang.

Berikut ini beberapa alasan kenapa kamu tidak boleh terlalu lama bermain media sosial:

1. Kecanduan

Sebuah studi menemukan bahwa sebagian besar orang mengakses media sosial lebih dari satu kali dalam sehari. Studi lain bahkan menyebut, beberapa orang sulit menahan diri untuk tidak membuka media sosial setiap dua jam sekali. Jika hal ini dibiarkan, kecanduan media sosial bisa berdampak negatif pada produktivitas dan kelancaran komunikasi dengan orang di sekitar.

2. Masalah Percaya Diri

Banyak orang menggunakan media sosial untuk berbagi informasi tentang kehidupannya, baik dalam bentuk foto maupun tulisan. Bagi beberapa orang, hal ini bukanlah masalah. Tapi bagi sebagian yang lain, postingan foto seseorang bisa membuatnya kesulitan untuk menerima diri sendiri. Ia akan membandingkan penampilan fisik dan kehidupannya dengan orang, sehingga sehingga berdampak negatif pada citra dirinya (negative body image). Sebuah studi bahkan menyebut, citra diri yang negatif meningkatkan risiko terjadinya gangguan pola makan (eating disorder) akibat adanya obsesi untuk menurunkan berat badan.

3. Depresi

Studi dari Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat menyebutkan bahwa terlalu sering bermain media sosial meningkatkan risiko kecemasan dan depresi pada seseorang. Hal ini berkaitan erat dengan citra diri yang negatif saat melihat kehidupan orang lain di media sosial.

4. Perilaku Ceroboh

Sebuah studi menyebut, terlalu lama bermain media sosial membuat seseorang lebih ceroboh. Ini karena media sosial bisa mengalihkan konsentrasi, sehingga membuatnya tidak fokus saat melakukan aktivitas. Itu mengapa kamu tidak dianjurkan untuk membuka gadget atau bermain media sosial saat menyetir, berjalan kaki, dan menyeberang. Jika dibiasakan, hal ini tidak hanya membahayakan diri sendiri, melainkan juga orang lain.

Setiap orang punya alasan berbeda saat bermain media sosial. Antara lain untuk berbagi informasi, berinteraksi dengan teman, berdiskusi tentang isu terhangat, serta membangun citra diri (personal branding). Namun apapun alasannya, pembatasan waktu bermain media sosial tetap perlu dilakukan demi kebaikan diri sendiri.

Kalau kamu merasa cemas saat melihat unggahan orang lain di media sosial, segeralah berbicara dengan psikolog Halodoc. Melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa bertanya pada dokter tepercaya kapan saja dan dimana saja melalui Chat dan Voice/Video Call. Jadi, yuk download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan