Kelamaan Duduk Sambil Merokok Bisa Kena Penyakit Mematikan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   18 Desember 2018
Kelamaan Duduk Sambil Merokok Bisa Kena Penyakit MematikanKelamaan Duduk Sambil Merokok Bisa Kena Penyakit Mematikan

Halodoc, Jakarta - Duduk di depan meja kerja selama berjam-jam rasanya sulit untuk dihindari oleh pekerja kantoran. Alasannya jelas, mau enggak mau mereka harus anteng di depan laptop atau komputer demi menuntaskan pekerjaannya. Namun, diam-diam ada masalah kesehatan yang menghantui di balik kebiasaan ini. Kata ahli, duduk terlalu lama bisa menimbulkan sederet masalah kesehatan.

Menyoal bahaya duduk terlalu lama, kini ada istilah baru yang bisa menggambarkannya. Sebutannya, “sitting is the new smoking”. Bukan bermaksud untuk membesar-besarkan masalah yang sering disepelekan ini, tapi faktanya duduk terlalu lama ternyata sama bahayanya dengan merokok. Kok bisa?

Dihantui Double Problem

Mungkin terdengar hiperbola, tapi menurut ahli fisioterapi, kebiasaan duduk terlalu lama itu bahayanya sama dahsyatnya dengan merokok. Bahaya duduk terlalu lama juga kerap disebut sebagai silent killer. Kebiasaan ini bisa membuat bagian otot-otot menjadi kaku karena jarang digunakan dengan baik. Nah, kondisi inilah yang bisa membuat metabolisme tubuh melambat, sedangkan tubuh terus-menerus menerima kalori dan lemak yang berlebihan.

Tak berhenti sampai di situ saja, kebiasaan masyarakat perkotaan saat ini berupa sedentary lifestyle (tak aktif secara fisik), akan makin meningkatkan risiko terserang berbagai penyakit. Kata ahli, kebiasaan duduk terlalu lama dan dibarengi dengan sedentary lifestyle, bila terakumulasi berbulan-bulan atau menahun akan menimbulkan masalah serius. Asupan lemak dan kalori yang berlebihan ini pastinya akan meningkatkan risiko penyakit diabetes, serangan jantung, dan stroke.

Selain itu, bahaya duduk terlalu lama juga bisa mengancam saraf tubuh. Kata ahli, duduk lebih dari tiga jam ternyata bisa memicu low back pain. Andaikan kondisi ini semakin parah dapat menekan saraf. Jangan remehkan saraf yang tertekan ini, sebab bisa memicu keluhan kesehatan lainnya. Bahkan, biasanya dokter ortopedi akan menyarankan untuk dioperasi.

Dengan kata lain, beban kesehatan yang ditimbulkan duduk terlalu lama sama halnya dengan merokok, meski tak persis menyerang paru-paru. Kesimpulannya, kata ahli di atas bahaya duduk terlalu lama ini memiliki efek yang sama bahayanya dengan merokok. Lalu, apa jadinya bila seseorang merokok sambil duduk terlalu lama?

Hmm, ini lain lagi ceritanya. Menurut ahli, kebiasaan ini bisa membuat pelakunya mengalami double problem. Pertama, dihantui masalah kesehatan yang ditimbulkan dari duduk terlalu lama. Kedua, diintai oleh zat-zat beracun yang berasal dari asap rokok. Dengan kata lain, tak hanya sendi dan otot saja yang perlu harap-harap cemas, tapi organ paru-paru juga ikut-ikutan dilanda keresahan.

Tak Meningkatkan Konsentrasi

Bahaya duduk terlalu lama tak hanya menghantui pekerja kantoran saja. Pasalnya, kebiasaan ini juga dilakukan oleh anak-anak di sekolah. Banyak orang berpikir, khususnya pihak sekolah, bila anak-anak berada di meja, diam dan menulis, maka kita akan mengira mereka belajar dengan konsentrasi yang baik. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan yang diharapkan.

Menurut pakar di bidang pendidikan, belajar sambil beraktivitas (active time), justru dapat memberikan energi pada otak anak di sekolah. Menariknya lagi, metode ini juga membuat mereka lebih produktif. Menurut laporan dari Institute of Medicine pada tahun 2013, para siswa yang lebih aktif menunjukkan perhatian yang lebih besar. Tak hanya itu, mereka juga lebih cepat dalam hal pengelolaan kognitif. Bahkan, memiliki hasil tes standar akademik yang lebih baik daripada siswa yang kurang aktif.

Nah, dengan kata lain, menyuruh para siswa untuk duduk diam dan tenang, bukanlah cara yang baik untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif. Pasalnya, menurut ahli  Skane University Hospital di Malmo, Swedia, seperti dilansir Daily Mail, aktivitas fisik bisa menjadi kesempatan bagi sekolah untuk menjadi sekolah yang berkinerja tinggi.

Pandangan ini juga senada dengan ahli dari Family Medicine and Public Health di University of California, Amerika Serikat. Kata sang ahli, aktivitas fisik bisa membantu otak dalam banyak cara. Menurutnya, belajar sambil beraktivitas bisa merangsang pembuluh darah di otak untuk mendukung lebih banyak kinerja sel-sel otak.

Punya masalah kesehatan atau ingin tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan