halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close
Advertisement

Penyakit Parkinson

REVIEWED_BY  dr. Fauzan Azhari SpPD  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  1. Apa itu Penyakit Parkinson?
  2. Penyebab Penyakit Parkinson
  3. Faktor Risiko Penyakit Parkinson
  4. Gejala Penyakit Parkinson
  5. Tahapan Gejala Parkinson
  6. Diagnosis Penyakit Parkinson
  7. Pengobatan Penyakit Parkinson
  8. Pencegahan Penyakit Parkinson
  9. Komplikasi Penyakit Parkinson
  10. Kapan Harus ke Dokter?
  11. FAQ

Apa itu Penyakit Parkinson?

Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurologis kronis dan progresif yang memengaruhi sekelompok kecil sel saraf (neuron) di bagian otak bernama substansia nigra.

Normalnya, sel-sel tersebut memproduksi dopamin, yaitu neurotransmitter yang berperan penting dalam menyampaikan sinyal antar area otak untuk mengatur gerakan otot agar tetap halus dan seimbang.

Namun pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf ini mengalami kerusakan atau kematian sehingga produksi dopamin menurun, dan tubuh kehilangan kemampuan optimal dalam mengendalikan gerakan serta menjaga keseimbangan.

Banyak yang masih bertanya-tanya Parkinson penyakit apa, padahal kondisi ini termasuk gangguan saraf progresif yang memengaruhi kemampuan otak dalam mengontrol gerakan tubuh.

Dengan memahami Parkinson penyakit apa dan penyebabnya, kamu bisa lebih waspada terhadap gejalanya serta mencari penanganan medis sedini mungkin.

Penyebab Penyakit Parkinson

Hingga saat ini para ahli belum mengetahui penyebab Parkinson yang paling utama. Namun, ada beberapa faktor utama yang mendasari seseorang bisa terjangkit:  

  • Faktor genetik. Peneliti telah mengidentifikasi perubahan genetik tertentu yang dapat menyebabkan penyakit Parkinson, tetapi ini jarang terjadi kecuali pada kasus yang jarang terjadi di mana banyak anggota keluarga terkena penyakit ini.
  • Pemicu lingkungan. Paparan terhadap racun tertentu atau faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko penyakit Parkinson di kemudian hari, tetapi risikonya relatif kecil.
  • Adanya Lewy bodies. Gumpalan zat tertentu di dalam sel-sel otak adalah penanda mikroskopis penyakit Parkinson. Gumpalan ini disebut Lewy bodies dan para peneliti percaya bahwa Lewy bodies memegang kunci penyebab penyakit Parkinson.

Faktor Risiko Penyakit Parkinson

Faktor risiko Parkinson meliputi:

1. Usia
Risiko Parkinson meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah seseorang memasuki usia 60 tahun. Pada tahap ini, fungsi sel saraf dan produksi dopamin di otak mulai menurun secara alami, sehingga lebih rentan terhadap gangguan seperti Parkinson.

2. Keturunan
Memiliki anggota keluarga dengan riwayat Parkinson juga dapat meningkatkan risiko. Meskipun sebagian besar kasus tidak bersifat genetik, penelitian menemukan bahwa mutasi pada gen tertentu, seperti LRRK2, PARK7, atau SNCA, dapat berperan dalam memicu penyakit ini.

3. Jenis kelamin
Pria diketahui memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi mengalami Parkinson dibanding wanita. Hal ini mungkin terkait dengan faktor hormonal dan perbedaan tingkat paparan lingkungan antara pria dan wanita, meskipun penyebab pastinya masih diteliti lebih lanjut.

4. Paparan racun.
Paparan jangka panjang terhadap racun lingkungan juga bisa meningkatkan risiko penyakit ini. Para ahli berpendapat bahwa senyawa non-pestisida seperti organohalogen, logam berat (seperti mangan atau timbal), serta bahan kimia industri tertentu dapat memicu kerusakan pada sel saraf dopaminergik di otak.

Gejala Penyakit Parkinson

Gejala Parkinson akan bervariasi dan berbeda-beda. Namun, ada sejumlah gejala umum penyakit ini, yaitu:

  • Gerak tubuh melambat (bradikinesia).
  • Tremor.
  • Otot kaku.
  • Koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh yang terganggu.
  • Kejang atau kram.
  • Kelainan pada postur tubuh.
  • Ekspresi wajah yang berkurang.
  • Perubahan cara dan nada bicara menjadi lambat, cepat, atau tidak jelas. 

Selain gejala umum, ada beberapa tanda awal penyakit Parkinson yang perlu kamu waspadai, antara lain: 

1. Tremor

Gejala tremor atau gemetaran menjadi salah satu gejala utama dan cukup khas dari penyakit ini. Kondisi ini biasanya hanya muncul pada satu bagian tubuh yang paling sering menyerang tangan dan jari-jari.

Adapun tremor pada Parkinson biasanya terjadi saat bagian tubuh sedang beristirahat atau tidak melakukan aktivitas sama sekali.

2. Gerakan Melambat 

Seiring perkembangannya, Parkinson akan menyebabkan tubuh mengalami penurunan pengendalian gerakan dan koordinasi tubuh.

Akibatnya, gerak tubuh akan melambat, bahkan sulit untuk melakukan aktivitas yang sederhana sekalipun. 

3. Hilangnya Refleks

Pengidap penyakit Parkinson juga secara perlahan akan kehilangan kemampuan melakukan gerakan.

Khususnya gerakan yang bersifat reflek dan otomatis, seperti mengedipkan mata atau mengayunkan tangan saat menangkap benda tertentu.

4. Gangguan Keseimbangan

Gejala penyakit Parkinson yang semakin parah dapat membuat pengidapnya mengalami gangguan keseimbangan. Akibatnya, pengidapnya memiliki risiko untuk terjatuh lebih tinggi saat beraktivitas. 

5. Perubahan Cara Bicara

Penyakit Parkinson juga akan membuat pengidapnya mengalami perubahan cara bicara.

Kondisi ini bisa membuat pengidapnya memiliki cara bicara yang lebih cepat, tidak jelas, hingga kesulitan untuk berbicara.

6. Otot Terasa Kaku

Parkinson juga bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kaku dan tegang pada bagian otot besar serta otot kecil.

Selain berdampak pergerakan tubuh, otot yang terasa kaku juga bisa menyebabkan pengidap kondisi ini kesulitan membuat ekspresi wajah.

Fakta Unik
Menurut data dari World Health Organization, prevalensi Parkinson meningkat 2 kali lipat dalam 25 tahun terakhir.
Pada tahun 2019, diperkirakan ada lebih dari 8,5 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan Parkinson.
Pada tahun yang sama, Parkinson menyebabkan sekitar 5,8 juta tahun hidup dengan disabilitas, angka ini meningkat 81 persen sejak tahun 2000.
Selain itu, pada 2019 Parkinson juga menyebabkan sekitar 329 ribu kematian, meningkat lebih dari 100 persen dibanding tahun 2000.

Tahapan Gejala Parkinson

Mengutip The Parkinson’s Disease Foundation, gejala Parkinson yang sering terjadi terbagi menjadi 5 tahapan, antara lain:

  • Stadium 1. Gejala ringan dan tidak mengganggu kualitas hidup pengidap.
  • Stadium 2. Gejala mulai memburuk. Kondisi dapat menimbulkan sulitnya melakukan kegiatan sehari-hari dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya.
  • Tahap atau stadium 3 (stadium menengah). Pengidap mulai kehilangan keseimbangan, gerakan mulai lambat, dan mudah terjatuh. Pengidap juga semakin sulit melakukan aktivitas ringan sehari-hari seperti berpakaian, makan, dan menyikat gigi.
  • Stadium 4. Gejala lebih berat. Pengidap membutuhkan bantuan ketika berjalan dan melakukan kegiatan sehari-hari.
  • Stadium 5. Merupakan tahap paling lanjut. Pada fase ini, pengidap biasanya sudah tidak bisa berjalan dan membutuhkan bantuan penuh dalam aktivitas sehari-har

Setiap tahapan gejala Parkinson memiliki gejala yang berbeda. Untuk informasi yang lebih lengkap, kamu bisa membaca artikel: Ini Gejala Parkinson Berdasarkan Stadium Pengidapnya.  

Diagnosis Penyakit Parkinson

Tidak ada tes khusus untuk diagnosis Parkinson. Namun demikian, Neurologist (ahli saraf) akan mendiagnosis penyakit ini berdasarkan riwayat medis, peninjauan tanda dan gejala, serta pemeriksaan saraf fisik:

Jika berkonsultasi ke dokter, mereka akan menyarankan beberapa tindakan. Pertama, dengan specific single-photon emission computerized tomography atau pemindai dopamine transporter (DAT).

Namun, tindakan ini bukan penentu diagnosis yang tepat. Kedua, dokter akan menyarankan tes laboratorium seperti tes darah.

Ketiga adalah tes pencitraan lainnya. Prosedur ini bertujuan untuk membantu menyingkirkan risiko gangguan lainnya. Berikut ini beberapa tes pencitraan yang dapat dokter lakukan:

  • MRI. Prosedur ini melibatkan penggunaan magnet besar dan gelombang radio untuk melihat organ dan struktur dalam tubuh. MRI sangat berguna untuk memeriksa otak dan sumsum tulang belakang.
  • CT scan. Prosedur ini melibatkan penggabungan serangkaian gambar sinar-X yang dokter ambil dari berbagai sudut tubuh menggunakan pemrosesan komputer untuk membuat gambar penampang.
  • USG otak. Prosedur ini melibatkan pengiriman gelombang suara ke kepala dan gambar yang muncul pada layar komputer. Gambar hitam-putih menunjukkan struktur internal otak, termasuk ventrikel (rongga berisi cairan dalam otak) dan pembuluh darah.
  • PET scan. Prosedur ini dapat mengevaluasi organ atau jaringan untuk mengetahui adanya penyakit atau kondisi lain. PET juga dokter gunakan untuk mengevaluasi fungsi organ seperti jantung atau otak. 

Pengobatan Penyakit Parkinson

Parkinson tidak dapat sembuh total. Namun, pengobatan Parkinson yang tepat dapat meringankan gejala sekaligus meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.

Berikut adalah pilihan pengobatan penyakit Parkinson: 

1. Pemberian Obat-Obatan

Obat-obatan dapat membantu mengatasi masalah berjalan, bergerak, dan gemetar. Adapun obat yang dokter resepkan berfungsi dalam meningkatkan atau menggantikan dopamin.

Sebab, pengidap Parkinson memiliki konsentrasi dopamin otak yang rendah. Namun, dopamin tidak dapat dokter berikan secara langsung karena tidak dapat masuk ke otak.

Berikut adalah obat yang mungkin dokter resepkan, meliputi:

  • Carbidopa levodopa yaitu obat yang akan tubuh ubah menjadi dopamin dalam otak.
  • Levodopa dikombinasikan dengan carbidopa (Lodosyn) yang berfungsi untuk mencegah atau mengurangi efek samping seperti mual.
  • Carbidopa levodopa inhalasi yang dapat membantu mengelola gejala yang muncul tiba-tiba akibat hilangnya efektivitas obat sebelumnya.
  • Infus carbidopa levodopa yang dapat dokter berikan melalui selang makanan agar obat langsung masuk ke dalam usus kecil.
  • Agonis dopamin yang meniru efek dopamin dalam otak.
  • Penghambat MAO B yang berguna untuk membantu mencegah kerusakan dopamin otak dengan menghambat enzim otak monoamine oxidase B (MAO B).
  • Antikolinergik yang bermanfaat untuk membantu mengendalikan getaran yang terkait dengan penyakit.
  • Amantadin yang dapat dokter berikan untuk mengontrol gerakan tak sadar (diskinesia) akibat penggunaan carbidopa levodopa.

2. Prosedur Operasi

Ahli bedah menanamkan elektroda ke bagian tertentu dari otak. Elektroda terhubung ke generator yang dokter tanamkan dalam dada dekat tulang selangka.

Alat ini akan  mengirimkan listrik ke otak, sehingga dapat mengurangi gejala penyakit. Dokter akan menyesuaikan pengaturan pada alat sesuai dengan kondisi pasien.

3. Terapi

Selain pengobatan dan operasi, pengidap Parkinson juga perlu menjalani beberapa terapi, yaitu:

  • Fisioterapi, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bergerak dan kelenturan tubuh. Terapi ini juga bermanfaat untuk meningkatkan stamina dan kemampuan dalam menjalani aktivitas.
  • Terapi wicara, khususnya jika pengidap mengalami kesulitan berbicara dan menelan air liur atau makanan.
  • Psikoterapi, untuk pengidap yang mengalami depresi akibat penyakit yang mereka derita. Dokter biasanya merekomendasikan psikoterapi untuk mengelola kondisi mental pengidap. 

4. Tindakan Pengobatan Lainnya

Dokter juga dapat merekomendasikan upaya lainnya. Misalnya seperti perubahan gaya hidup.

Dalam beberapa kasus, terapi fisik dan terapi wicara juga dapat menjadi pilihan. Tujuannya, untuk menjaga keseimbangan tubuh dan membantu memperbaiki masalah bicara. 

Selain itu, ultrasound terfokus yang dipandu MRI (MRgFUS) juga dapat menjadi pilihan.

Metode ini adalah perawatan invasif minimal yang telah membantu beberapa orang dengan penyakit Parkinson mengelola tremor. 

Pencegahan Penyakit Parkinson

Karena penyebab Parkinson belum sepenuhnya dipahami, belum ada cara pasti untuk mencegahnya. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup sehat dan diet tertentu dapat membantu mengurangi risiko:

  • Diet Sehat: Konsumsi makanan kaya antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran, dapat melindungi sel-sel otak.
  • Olahraga Teratur: Aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan otak dan mengurangi risiko Parkinson.
  • Hindari Pestisida: Mengurangi paparan terhadap pestisida dan herbisida dapat membantu melindungi sistem saraf.
  • Konsumsi Kafein: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, konsumsi kafein dapat mengurangi risiko Parkinson.

Jika ingin lebih memahami mengenai penyakit ini, baca juga lebih lanjut artikel ini: Perlu Diketahui, Ini 7 Fakta tentang Penyakit Parkinson.

Komplikasi Penyakit Parkinson

Komplikasi Parkinson bisa muncul jika gejala tidak teratasi dengan langkah yang tepat:

  • Kesulitan berpikir. Ini biasanya terjadi pada tahap akhir penyakit. Masalah kognitif seperti itu tidak terlalu responsif terhadap obat-obatan.
  • Masalah berpikir. Mungkin mengalami kesulitan kognitif (demensia) dan kesulitan berpikir. Masalah ini biasanya memburuk di kemudian hari.
  • Depresi dan perubahan emosi. Pengidap mungkin mengalami depresi dan perubahan emosional lainnya seperti ketakutan, kecemasan, atau kehilangan motivasi.
  • Masalah mengunyah dan makan. Penyakit stadium akhir memengaruhi otot-otot dalam mulut sehingga proses mengunyah menjadi lebih sulit.
  • Masalah tidur dan gangguan tidur. Pengidap akan mengalami masalah tidur termasuk sering terbangun sepanjang malam, bangun lebih awal, atau tertidur saat siang hari.
  • Masalah kandung kemih. Penyakit dapat menyebabkan masalah kandung kemih termasuk tidak dapat mengontrol urin atau kesulitan buang air kecil.
  • Sembelit. Banyak pengidap mengalami sembelit akibat saluran pencernaan yang bergerak dengan lebih lambat.
  • Tekanan darah. Mungkin mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (hipotensi ortostatik) karena penumpukan darah di pembuluh darah bagian bawah saat berdiri.
  • Disfungsi seksual. Mungkin mengalami penurunan hasrat seksual, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi) atau kesulitan mencapai orgasme.

Kamu alami disfungsi ereksi akibat penggunaan obat atau penyakit tertentu? Simak selengkapnya, Ini Obat Disfungsi Ereksi yang Biasa Dokter Resepkan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu atau keluarga merasakan gejala yang mengarah pada Parkinson, sebaiknya segera hubungi dokter spesialis penyakit saraf di Halodoc.

Penanganan tepat sedari awal tentunya dapat meminimalkan risiko komplikasi serius. 

Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Selain itu, kamu juga bisa mendapatkan obat atau produk kesehatan lainnya yang kamu butuhkan di Toko Kesehatan Halodoc.

Produknya 100% asli original dan tepercaya. Tak perlu keluar rumah, produk diantar dalam waktu 1 jam.

Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Diperbarui pada 12 November 2025.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Parkinson’s Disease and Its Causes.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Parkinson’s Disease.
National Health Service UK. Diakses pada 2025. Parkinson’s disease. 
Healthline. Diakses pada 2025. Parkinson’s Disease. 
NIH. Diakses pada 2025. Industrial toxicants and Parkinson’s disease. 

FAQ

1. Apakah penyakit Parkinson bisa disembuhkan?

Saat ini, belum ada obat untuk penyakit Parkinson, tetapi pengobatan dapat membantu mengelola gejala.

2. Apa saja gejala awal Parkinson?

Gejala awal meliputi tremor, kekakuan, gerakan lambat, dan masalah keseimbangan.

3. Bagaimana Parkinson didiagnosis?

Diagnosis didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes neurologis.

4. Apa saja pilihan pengobatan untuk Parkinson?

Pengobatan meliputi obat-obatan, terapi fisik, terapi okupasi, dan stimulasi otak dalam (DBS).

5. Bagaimana cara mencegah Parkinson?

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah Parkinson, gaya hidup sehat dan diet yang baik dapat membantu mengurangi risiko.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp