Nyeri Saat Berhubungan Seksual, Benarkah Gejala Servisitis?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 November 2018
Nyeri Saat Berhubungan Seksual, Benarkah Gejala Servisitis?Nyeri Saat Berhubungan Seksual, Benarkah Gejala Servisitis?

Halodoc, Jakarta – Studi menunjukkan bahwa 3 dari 4 wanita di dunia mengalami nyeri saat berhubungan intim, setidaknya satu kali selama hidup. Rasa nyeri saat dan setelah berhubungan intim ini disebabkan oleh banyak hal, termasuk faktor stres, masalah pada alat kelamin, kurang pelumas dan foreplay, serta mengidap penyakit tertentu.

Salah satu penyakit yang ditandai dengan rasa nyeri saat berhubungan intim adalah servisitis. Ini adalah peradangan pada serviks atau leher rahim akibat faktor infeksi dan noninfeksi. Servisitis ditandai dengan perdarahan dari Miss V di luar siklus menstruasi, nyeri saat berhubungan intim, dan keluarnya cairan abnormal dari Miss V. Jika dibiarkan, servisitis bisa menyebar ke rongga perut dan menimbulkan komplikasi berupa gangguan kesuburan dan masalah pada janin bagi wanita hamil.

Apa Penyebab Servisitis?

Servisitis disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang terjadi saat berhubungan intim. Infeksi lain yang bisa menyebar saat berhubungan intim adalah gonore, klamidia, trikomoniasis dan herpes genital. Selain infeksi, ada beberapa kondisi yang menyebabkan servisitis, yakni:

  • Reaksi alergi. Misalnya terhadap spermisida atau bahan lateks dari alat-alat kontrasepsi.

  • Pertumbuhan bakteri baik yang tidak terkendali di dalam Miss V.

  • Iritasi atau cedera akibat menggunakan tampon.

  • Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mempertahankan kesehatan serviks. Misalnya kadar hormon estrogen lebih rendah dibanding kadar hormon progesteron.

  • Kanker atau efek samping pengobatan kanker.

Selain penyebab di atas, ada faktor yang meningkatkan risiko servisitis. Di antaranya melakukan hubungan seks yang tidak aman (seperti berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom), sudah aktif berhubungan intim sejak usia muda dan memiliki riwayat penyakit menular seksual (seperti servisitis).

Bagaimana Cara Diagnosis Servisitis?

Diagnosis servisitis meliputi pemeriksaan fisik untuk melihat kondisi Miss V dan serviks dengan alat spekulum. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan diagnosis, yaitu berupa tes pap smear. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah menggunakan alat selang berkamera (endoskop) untuk melihat adanya kondisi abnormal dalam Miss V dan serviks secara lebih jelas.

Pengobatan servisitis dilakukan berdasarkan penyebab dan tingkat keparahannya. Misalnya servisitif akibat noninfeksi (seperti iritasi terhadap pemakanan bahan, alat atau produk tertentu) diatasi menghentikan pemakaian produk pemicu hingga sembuh.

Sementara servisitis akibat infeksi diobati dengan konsumsi obat-obatan untuk menghilangkan infeksi dan mencegah penularannya. Obat yang biasa dikonsumsi adalah antibiotik, antiviral, dan antijamur. Jika obat-obatan tersebut tidak efektif mengatasi servisitis, dokter menyarankan pengobatan lain, yakni cryosurgery, bedah listrik, dan terapi laser.

Bagaimana Cara Mencegah Servisitis?

Pencegahan servisitis bisa dilakukan dengan menerapkan seks aman, yaitu menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Hindari juga produk kewanitaan yang mengandung parfum karena bisa menyebabkan iritasi pada Miss V dan serviks. Setelah berhubungan intim, pastikan selalu membersihkan area Miss V. Jika kamu sudah menikah dan aktif secara seksual, kamu dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan pap smear setidaknya 2 - 3 tahun sekali.

Kalau kamu keluhan nyeri saat berhubungan intim, segera berbicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca Juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan