halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Sindrom Iritasi Usus

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Sindrom Iritasi Usus (IBS)?
  • Penyebab Sindrom Iritasi Usus
  • Faktor Risiko Sindrom Iritasi Usus
  • Gejala Sindrom Iritasi Usus
  • Diagnosis Sindrom Iritasi Usus
  • Faktor Risiko Sindrom Iritasi Usus
  • Pencegahan Sindrom Iritasi Usus
  • Komplikasi Sindrom Iritasi Usus 

Apa Itu Sindrom Iritasi Usus (IBS)?

Sindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrome (IBS) adalah kumpulan gejala akibat iritasi pada saluran pencernaan. Masalah kesehatan ini dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala. Biasanya meliputi kram perut, nyeri perut, kembung, dan perubahan pola buang air besar (diare atau konstipasi).

IBS adalah keadaan yang kronis yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Namun, hanya sejumlah kecil pengidap sindrom ini yang memiliki tanda dan gejala parah. Beberapa pengidap lainnya mungkin dapat mengontrol gejalanya melalui mengatur pola makan, gaya hidup, dan stres. 

Untuk gejala yang lebih parah dapat melibatkan pengobatan dan konseling. Selain itu, sindrom ini tidak menyebabkan perubahan struktur jaringan usus ataupun berisiko memicu kanker usus besar.

Penyebab Sindrom Iritasi Usus

Hingga saat ini para ahli belum mengetahui apa penyebab sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrome. Namun, ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya sindrom ini, yaitu:

  • Kontraksi otot usus. Adanya kontraksi pada otot dinding usus yang lebih kuat dari biasanya dapat menyebabkan penumpukan gas, kembung, dan diare. Sedangkan, kontraksi yang lebih lemah dapat menyebabkan makanan menjadi sulit lewat di usus dan terjadi konstipasi.
  • Sistem saraf. Adanya abnormalitas saraf pada sistem pencernaan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut sehingga timbul pembentukan gas berlebih.
  • Peradangan pada usus. Beberapa pengidap IBS menunjukkan peningkatan sel radang pada usus yang berhubungan dengan kejadian diare dan nyeri pada perut.
  • Infeksi berat. Sindrom iritasi usus dapat terjadi setelah infeksi berat bakteri atau virus dari diare yang sebelumnya terjadi.
  • Perubahan flora normal di usus. Apabila terjadi ketidakseimbangan jumlah bakteri baik dalam usus, hal ini dapat menyebabkan terjadinya irritable bowel syndrome.

Faktor Risiko Sindrom Iritasi Usus

Beberapa faktor berikut juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena irritable bowel syndrome (IBS), yaitu:

  • Usia muda, sindrom iritasi usus lebih banyak menyerang orang berusia di bawah 50 tahun.
  • Perempuan lebih banyak mengalami sindrom iritasi usus. Terapi estrogen sebelum dan setelah menopause dapat meningkatkan risiko sindrom iritasi usus.
  • Riwayat keluarga dengan sindrom iritasi usus, keluarga dengan riwayat sindrom iritasi usus dapat menurunkan gen yang memiliki sifat yang sama untuk meningkatkan risiko pada generasi berikutnya.
  • Riwayat gangguan jiwa, kecemasan, depresi, stres dan gangguan jiwa lainnya berkaitan dengan kejadian sindrom iritasi usus.

Sementara itu, ada beberapa faktor yang dapat memicu munculnya gejala sindrom iritasi usus, yaitu:

1. Makanan

Peran alergi makanan atau intoleransi pada irritable bowel syndrome tidak sepenuhnya dipahami. Alergi makanan jarang menyebabkan sindrom iritasi usus 

Namun, banyak orang memiliki gejala irritable bowel syndrome yang lebih buruk ketika mereka makan atau minum makanan atau minuman tertentu. Termasuk gandum, produk susu, buah jeruk, kacang-kacangan, kubis, susu, dan minuman berkarbonasi. 

Selain makanan di atas, benarkah Jajan Sembarangan Picu Sindrom Iritasi Usus?

2. Stres

Kebanyakan pengidap sindrom iritasi usus mengalami tanda dan gejala yang lebih buruk atau lebih sering selama periode stres yang meningkat. Namun hal yang perlu kamu ingat, stres memang dapat memperburuk gejala irritable bowel syndrome, tetapi tidak menjadi penyebab dari kondisi tersebut.

Gejala Sindrom Iritasi Usus

Irritable bowel syndrome memiliki tanda dan gejala yang bervariasi pada setiap pengidapnya. Namun, berikut adalah beberapa gejala sindrom iritasi usus yang umum terjadi:

  • Nyeri perut, kram perut, atau kembung yang biasanya akan mereda setelah buang air besar. 
  • Pengeluaran gas atau kentut yang berlebih. 
  • Diare atau konstipasi, bahkan keduanya.
  • Lendir dalam tinja. 
  • Sebagian besar pengidap sindrom iritasi usus mengalami gejala yang hilang.  Timbul dengan tingkat keparahan beragam dari yang sangat berat hingga hilang sama sekali.

Diagnosis Sindrom Iritasi Usus

Dokter dapat mendiagnosis irritable bowel syndrome berdasarkan gejalanya melalui pemeriksaan riwayat medis sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab pasti. 

Adapun gejala dari sindrom iritasi usus terbagi menjadi tiga kategori, yakni gejala dominan diare, gejala dominan konstipasi, dan campuran. 

Sementara itu, dokter juga dapat melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang berikut untuk mencari penyebab irritable bowel syndrome, yaitu:

  • Sigmoidoskopi. Memasukkan kamera ke dalam anus, untuk melihat permukaan di area sigmoid.
  • Kolonoskopi. Dokter akan melakukan tindakan ini dengan memasukkan kamera ke dalam anus. Tujuannya untuk melihat permukaan seluruh usus besar.
  • Foto rontgen atau CT Scan. Pemeriksaan ini dapat menjadi pilihan untuk melihat penyebab lain dari sindrom iritasi usus. Pada prosedurnya, dokter juga dapat menambahkan cairan kontras barium untuk melihat struktur usus secara lebih spesifik.

Pengobatan Sindrom Iritasi Usus

Saat ini belum ada obat untuk irritable bowel syndrome dan tidak setiap perawatan dapat bekerja dengan baik bagi seluruh pengidapnya. Karena itu, dokter perlu menemukan rencana terapi yang baik sebagai langkah pengobatan sindrom iritasi usus untuk mengurangi gejala. 

Pengendalian gejala ringan seringkali dapat melibatkan pengelolaan stres yang baik dan perubahan pola makan dan gaya hidup pengidap irritable bowel syndrome. Contohnya seperti:

  • Menghindari makanan yang memicu gejala. 
  • Mengonsumsi makanan berserat tinggi.
  • Minum banyak cairan setidaknya 3 sampai 4 gelas sehari.
  • Tidak merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Memastikan bahwa waktu tidur cukup dan berkualitas. 

Dokter juga mungkin menyarankan agar pengidap sindrom iritasi usus menghilangkan makanan berikut dari asupan sehari-hari:

1. Makanan tinggi gas

Jika pengidap irritable bowel syndrome mengalami kembung atau gas maka ia perlu menghindari makanan tinggi gas. Contohnya seperti minuman berkarbonasi dan beralkohol serta makanan tertentu yang dapat menyebabkan peningkatan gas.

2. Gluten

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pengidap irritable bowel syndrome melaporkan perbaikan gejala diare, jika mereka berhenti makanan yang mengandung gluten. Misalnya seperti gandum, barley dan gandum hitam. 

Sementara itu, ada beberapa obat yang dapat dokter rekomendasikan untuk pengidap berdasarkan gejalanya:

  • Antibiotik. Jika sindrom iritasi usus disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah bakteri dalam usus.
  • Antispasmodik. Bertujuan untuk menurunkan ketegangan otot usus, sehingga pada usus dengan kontraksi berlebihan dapat diredakan dengan obat ini.
  • Antidepresan. Obat ini berfungsi untuk meredakan gejala IBS pada beberapa orang, terutama yang dipicu oleh stres atau depresi.
  • Probiotik. Probiotik merupakan bakteri hidup yang dapat membantu dalam proses pencernaan di usus.
  • Obat nyeri. Pregabalin (Lyrica) atau gabapentin (Neurontin) dapat meredakan nyeri parah atau kembung.

Banyak hal yang dapat memicu sindrom iritasi usus, seperti makanan tertentu, obat-obatan, makanan yang mengandung gas, dan stres. Pengidap dapat melakukan perubahan gaya hidup dan minum obat untuk meredakan gejalanya.

Pada umumnya sedikit perubahan pada pola makan dan gaya hidup dapat mengurangi gejala yang timbul. Berikut adalah hal yang dapat meredakan gejala irritable bowel syndrome, yaitu:

  • Menghindari kafein pada kopi dan teh.
  • Konsumsi lebih banyak makanan berserat tinggi seperti buah-buahan, sayur, dan kacang.
  • Minum air putih setidaknya 3 sampai 4 gelas sehari.
  • Tidak merokok.
  • Rutin berolahraga. 
  • Memastikan bahwa waktu tidur cukup dan berkualitas. 

Dokter juga mungkin menyarankan pengidap irritable bowel syndrome untuk menghilangkan beberapa asupan berikut dari diet:

  • Makanan tinggi gas. Jika seseorang mengalami kembung atau gas, orang tersebut mungkin perlu menghindari asupan tertentu. Contohnya seperti minuman berkarbonasi dan beralkohol atau makanan tertentu yang dapat menyebabkan peningkatan gas.
  • Gluten. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pengidap irritable bowel syndrome melaporkan perbaikan gejala diare, jika mereka berhenti makanan yang mengandung gluten. Misalnya seperti gandum, barley dan gandum hitam. 

Sementara itu, berikut adalah beberapa terapi medis yang dapat diberikan untuk pengidap:

  • Antibiotik. Jika irritable bowel syndrome disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah bakteri dalam usus.
  • Antispasmodik. Bertujuan untuk menurunkan ketegangan otot usus, sehingga pada usus dengan kontraksi berlebihan dapat diredakan dengan obat ini.
  • Antidepresan. Obat ini berfungsi untuk meredakan gejala irritable bowel syndrome pada beberapa orang, terutama yang dipicu oleh stres atau depresi.
  • Probiotik. Probiotik merupakan bakteri hidup yang dapat membantu dalam proses pencernaan di usus.

Pencegahan Sindrom Iritasi Usus

Mengetahui cara mengatur tingkat stres dapat mengurangi gejala dari irritable bowel syndrom (IBS). Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan untuk mengurangi gejala, yaitu:

  • Konseling. Seorang konselor dapat berperan untuk meredakan stres sebagai salah satu faktor risiko irritable bowel syndrome. Dengan hilangnya stres kesehatan saluran cerna juga akan ikut terjaga.
  • Membatasi konsumsi kopi, teh, dan soda.
  • Membatasi produk olahan susu atau keju.
  • Makan dalam porsi yang kecil tetapi sering.
  • Membuat catatan makanan yang dapat memicu gejala irritable bowel syndrome, kemudian menghindari makanan tersebut.
  • Kendalikan stress karena dapat memperburuk gejala irritable bowel syndrome. 
  • Tingkatkan konsumsi makanan yang berserat seperti sayur, buah-buahan, dan biji-bijian. 
  • Olahraga secara teratur. Aktivitas fisik dapat membantu mengatur fungsi pencernaan dan mengurangi gejala irritable bowel syndrome. 
  • Minum air yang cukup. Dehidrasi bisa memperburuk sembelit pada irritable bowel syndrome. 
  • Konsumsi probiotik. Probiotik bisa membantu menyeimbangkan flora usus dan mengurangi peradangan serta gejala irritable bowel syndrome.

Komplikasi Sindrom Iritasi Usus 

Sindrom iritasi usus biasanya tidak meningkatkan risiko kanker, sekaligus tidak merusak usus. Namun, serangan diare dan sembelit yang berulang dapat menyebabkan pengidap irritable bowel syndrome terkena wasir.

Jika kamu ingin mengetahui lebih penyakit wasir secara lebih mendalam, kamu bisa membaca artikel ini: Ambeien (Wasir) – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati. 

Selain itu, irritable bowel syndrome juga berkaitan dengan beberapa risiko komplikasi lainnya, yaitu:

1. Kualitas hidup yang menurun

Banyak pengidap irritable bowel syndrome dengan tingkat keparahan sedang hingga berat melaporkan kualitas hidup yang buruk.

2. Gangguan suasana hati

Mengalami gejala irritable bowel syndrome dapat menyebabkan depresi atau kecemasan. Bahkan, depresi dan kecemasan juga dapat memperburuk kondisi tersebut.

3. Dehidrasi

Pengidap irritable bowel syndrome berisiko lebih besar mengalami dehidrasi. Terutama jika dirinya mengalami diare kronis dan tidak mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup. Lantas, Benarkah Makanan Pedas Picu Sindrom Iritasi Usus?

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami salah satu atau gejala irritable bowel syndrome yang tak kunjung membaik, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mulailah dengan konsultasi dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc✔️ untuk mendapatkan penanganan tepat sedari dini sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi yang mengintai. 

Kamu juga bisa tebus obat dan vitamin yang diresepkan untuk kamu dan keluarga di Toko Kesehatan Halodoc.

Diperbaharui pada 17 Desember 2025. 
Referensi: 
European Journal of Clinical Nutrition. Diakses pada 2024. Hydration and Irritable Bowel SyndromeL A Review of the Literature.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Irritable Bowel Syndrome (IBS).  
Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Irritable Bowel Syndrome (IBS). 
Healthline. Diakses pada 2024. Everything You Want to Know About IBS.  
Journal of Clinical Gastroenterology. Diakses pada 2024. Systematic Review and Meta-analysis of Probiotics for the Treatment of Irritable Bowel Syndrome. 
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Irritable bowel syndrome. 
NHS. Diakses pada 2024. What is IBS?
The American Journal of Gastroenterology. Diakses pada 2024. Psychological Treatment of Irritable Bowel Syndrome. 
The Lancet. Diakses pada 2024. Irritable Bowel Syndrome. 
Verywell Health. Diakses pada 2024. Irritable Bowel Syndrome.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp