Delusi Adalah Gejala Awal Psikosis yang Perlu Diwaspadai
Gejala utama dari gangguan psikosis adalah delusi atau waham.

DAFTAR ISI
- Mengenal Psikosis yang Ditandai dengan Gejala Delusi
- Delusi: Keyakinan yang Tidak Sesuai dengan Kenyataan
- Karakteristik Utama Delusi
- Jenis-Jenis Delusi yang Umum
- Beda Delusi dengan Ilusi dan Halusinasi
- Penyebab Munculnya Delusi, Ilusi, dan Halusinasi
- Bagaimana Diagnosis Delusi, Ilusi, dan Halusinasi Ditegakkan?
- Bagaimana Cara Menangani Delusi, Ilusi, dan Halusinasi?
- Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?
Psikosis bisa dikenal melalui beberapa gejala yang muncul, salah satunya adalah delusi. Psikosis merupakan gangguan yang menyebabkan pengidapnya tidak dapat membedakan antara kenyataan dan imajinasi.
Kondisi psikosis bisa ditangani dengan metode pengobatan psikoterapi dan konsumsi obat-obatan tertentu. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa memengaruhi kualitas hidup pengidapnya.
Gejala utama dari gangguan ini adalah delusi atau waham. Selain itu, psikosis juga ditandai dengan halusinasi. Pengidap gangguan ini bisa saja menganggap dirinya sebagai sesuatu atau seseorang yang bukan dirinya.
Terkadang, hal yang dibayangkan tergolong tidak normal atau di luar akal manusia. Biar lebih jelas, simak penjelasan seputar psikosis dan gejala delusi melalui artikel berikut ini!
Mengenal Psikosis yang Ditandai dengan Gejala Delusi
Psikosis adalah penyakit mental yang menyebabkan pengidapnya mengalami gangguan dalam membedakan antara imajinasi dengan realita.
Gangguan ini ditandai dengan munculnya gejala halusinasi dan waham (delusi).
Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa semakin parah dan mebuat pengidapnya semakin bermasalah dengan kondisi mentalnya.
Penyakit ini terjadi karena ada gangguan pada otak. Gangguan yang terjadi memengaruhi cara kerja organ ini dalam memproses informasi.
Alhasil, pengidapnya mengalami perubahan dalam cara berpikir dan berprilaku.
Gangguan mental bisa mengganggu kehidupan daa menurunkan kualitas hidup pengidapnya, sehingga harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyebab Psikosis
Penyebab dari kondisi ini berbeda-beda dan penyebab pastinya sering kali tidak jelas.
Namun, secara umum masih belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab penyakit.
Kondisi ini rentan muncul sebagai manifestasi gejala dari penyakit, tetapi dapat juga dipicu melalui konsumsi obat-obatan, terutama obat-obatan terlarang, kekurangan tidur, dan faktor lingkungan.
Beberapa kondisi pada tubuh yang dapat menyebabkan kondisi ini, antara lain adalah:
- Penyakit Parkinson
- Penyakit Huntington.
- Tumor atau kista di otak.
- Penyakit Alzheimer.
- Stroke.
- Epilepsi.
- HIV, Sifilisis, dan infeksi pada otak lainnya.
- Trauma kepala.
- Overdosis alkohol dan NAPZA.
Psikosis juga dapat muncul sebagai suatu manifestasi dari adanya gangguan pada jiwa maupun kepribadian seseorang, antara lain:
- Kelainan bipolar.
- Depresi.
- Skizofrenia.
- Gangguan delusi.
- Gangguan psikotik menyeluruh.
Gejala Psikosis
Seseorang dengan psikosis biasanya akan memiliki gejala yang meliputi:
- Halusinasi, yaitu sebuah kondisi yang ditandai dengan adanya sebuah persepsi yang dirasakan tanpa adanya rangsangan nyata terhadap panca indra. Hal ini meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sentuhan. Sebagai contoh, pengidap merasa melihat suatu sosok atau mendengar suara yang tidak nyata.
- Delusi atau waham adalah sebuah keyakinan yang dipegang oleh pengidap, tetapi keyakinan tersebut adalah salah. Misalnya, seseorang merasa dirinya adalah seorang manusia super yang bisa terbang.
- Rasa cemas yang berlebihan.
- Penuh dengan rasa curiga.
- Sulit berkonsentrasi.
- Mengalami gangguan mood.
- Cenderung menjadi murung, menarik diri dari lingkungan keluarga atau teman.
- Tidur terus-menerus.
- Depresi.
- Gangguan dalam berbicara, seperti tidak fokus, berpindah dari topik satu ke topik lain, dan sering kali tidak nyambung.
- Memiliki pikiran-pikiran untuk bunuh diri dan melakukan percobaan bunuh diri.
Jangan khawarie, kondisi ini bisa puih, ini Daftar Psikiater di Halodoc yang Bisa Bantu Perawatannya.
Delusi: Keyakinan yang Tidak Sesuai dengan Kenyataan
Delusi adalah keyakinan yang salah, menetap, dan tidak rasional. Keyakinan ini dipegang teguh oleh seseorang, bahkan ketika ada bukti kuat yang menunjukkan sebaliknya.
Dengan kata lain, delusi adalah keyakinan yang tidak sesuai dengan realitas dan tidak dapat diubah dengan logika atau pengalaman.
Delusi dapat menjadi gejala dari berbagai kondisi kesehatan mental, seperti gangguan delusi, skizofrenia, gangguan bipolar dengan ciri psikotik, atau depresi berat dengan ciri psikotik.
Penting untuk diingat bahwa delusi bukanlah sekadar kesalahan dalam penilaian atau kesalahpahaman, melainkan keyakinan yang terdistorsi secara signifikan.
Karakteristik Utama Delusi
Untuk lebih memahami apa itu delusi, berikut adalah beberapa karakteristik utamanya:
- Keyakinan yang salah: Orang yang mengalami delusi meyakini sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai dengan fakta yang objektif.
- Menetap: Keyakinan ini sulit diubah meskipun dihadapkan pada bukti atau argumen yang logis.
- Tidak rasional: Keyakinan tersebut tidak masuk akal bagi orang lain dalam budaya atau lingkungan yang sama.
- Bukan bagian dari budaya/agama: Keyakinan ini berbeda dari kepercayaan bersama yang diterima dalam suatu budaya atau agama tertentu.
Jenis-Jenis Delusi yang Umum
Delusi dapat bervariasi dalam bentuk dan kontennya. Beberapa jenis delusi yang umum meliputi:
- Delusi kebesaran (megalomania): Keyakinan bahwa dirinya memiliki bakat, kekayaan, kekuasaan, atau kehebatan yang luar biasa, padahal tidak sesuai kenyataan. Contohnya, seseorang mungkin percaya bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari tokoh terkenal atau memiliki kemampuan supranatural.
- Delusi persekusi (paranoid): Keyakinan bahwa dirinya sedang dimata-matai, dicurangi, atau disiksa oleh orang lain. Orang dengan delusi persekusi mungkin merasa bahwa ada konspirasi yang menargetkan dirinya.
- Delusi erotomania: Keyakinan bahwa orang lain, seringkali seseorang yang berstatus tinggi atau terkenal, jatuh cinta padanya, padahal tidak ada bukti akan hal itu.
- Delusi somatik: Keyakinan salah mengenai kondisi tubuh atau kesehatan, misalnya yakin ada parasit di tubuhnya atau memiliki penyakit serius, padahal hasil medis menunjukkan sebaliknya.
- Delusi referensi: Keyakinan bahwa kejadian atau objek di lingkungan sekitar memiliki makna khusus dan ditujukan untuk dirinya. Contohnya, seseorang mungkin percaya bahwa berita di televisi atau lagu di radio berisi pesan rahasia yang ditujukan untuknya.
Beda Delusi dengan Ilusi dan Halusinasi
Ada beberapa hal yang membedakan ketiganya:
Ilusi: Distorsi Persepsi Sensori
Jika delusi adalah gangguan pada keyakinan, maka ilusi adalah distorsi dalam persepsi sensori.
Seseorang mengalami ilusi ketika menafsirkan stimulus nyata secara tidak akurat. Misalnya, melihat bayangan di malam hari dan mengira itu adalah hantu.
Halusinasi: Persepsi Tanpa Adanya Stimulus
Halusinasi berbeda lagi. Ini adalah pengalaman sensorik yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal.
Seseorang dengan halusinasi dapat melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuh sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi dapat menjadi gejala dari gangguan mental atau kondisi medis tertentu.
Penyebab Munculnya Delusi, Ilusi, dan Halusinasi
Munculnya delusi, ilusi, dan halusinasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:
- Gangguan mental: Skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan delusi, dan gangguan psikotik lainnya.
- Kondisi medis: Demensia, penyakit Parkinson, tumor otak, infeksi, dan efek samping obat-obatan tertentu.
- Penyalahgunaan zat: Penggunaan alkohol atau narkoba.
- Kurang tidur: Kondisi kurang tidur ekstrem dapat memicu halusinasi.
- Faktor psikologis: Trauma atau stres berat.
Jika kamu butuh teman bicara, Ini Rekomendasi Psikolog Online Berpengalaman di Halodoc yang bisa dihubungi kapan pun dan di mana pun.
Bagaimana Diagnosis Delusi, Ilusi, dan Halusinasi Ditegakkan?
Diagnosis ditegakkan melalui evaluasi komprehensif oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Evaluasi ini melibatkan wawancara klinis, pemeriksaan fisik, dan terkadang tes psikologis atau pencitraan otak.
Kriteria diagnostik yang digunakan biasanya mengacu pada Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) atau International Classification of Diseases (ICD-10).
Bagaimana Cara Menangani Delusi, Ilusi, dan Halusinasi?
Penanganan delusi, ilusi, dan halusinasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa metode penanganan yang umum meliputi:
- Pengobatan: Obat-obatan antipsikotik dapat membantu mengurangi gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi.
- Psikoterapi: Terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang maladaptif.
- Rehabilitasi psikososial: Program ini membantu individu mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan hidup, dan kemampuan untuk berfungsi secara mandiri di masyarakat.
- Dukungan keluarga: Dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat penting dalam proses pemulihan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penanganan yang komprehensif dan terintegrasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup individu dengan gangguan mental.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menekankan pentingnya akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?
Delusi, ilusi, dan halusinasi adalah gejala yang tidak boleh diabaikan.
Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala-gejala ini, penting untuk segera mencari bantuan medis profesional seperti psikiater di Halodoc.
Penanganan dini dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih serius dan meningkatkan peluang pemulihan.
Kamu pun bisa langsung hubungi psikiater di Halodoc untuk penanganan awal dengan klik banner di bawah ini!



