halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
Sindrom Stevens Johnson
search
close
Advertisement

Sindrom Stevens Johnson

REVIEWED_BY  dr. Erlian Dimas SpDVE  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  1. Apa Itu Sindrom Steven-Johnson?
  2. Gejala Sindrom Steven-Johnson
  3. Penyebab Sindrom Steven-Johnson
  4. Faktor Risiko Sindrom Steven-Johnson
  5. Diagnosis Sindrom Steven-Johnson
  6. Pengobatan Sindrom Steven-Johnson
  7. Komplikasi Sindrom Steven-Johnson
  8. Pencegahan Sindrom Steven-Johnson
  9. Kapan Harus ke Dokter?
  10. Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Sindrom Stevens-Johnson

Apa Itu Sindrom Steven-Johnson?

Sindrom Steven-Johnson (SJS) adalah kelainan langka dan serius yang memengaruhi kulit, selaput lendir (seperti di mulut dan hidung), alat kelamin, dan mata.

Kondisi ini termasuk dalam spektrum penyakit yang lebih luas yang disebut nekrolisis epidermal toksik (TEN). SJS dan TEN dibedakan berdasarkan luas area kulit yang terpengaruh.

SJS sering kali merupakan reaksi terhadap pengobatan atau infeksi. Kondisi ini menyebabkan kulit melepuh dan mengelupas, mirip dengan luka bakar.

SJS memerlukan perawatan di rumah sakit, dan pemulihan dapat memakan waktu beberapa minggu hingga bulan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), SJS adalah kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi serius.

Gejala Sindrom Steven-Johnson

Gejala SJS dapat berkembang dengan cepat, biasanya dalam 1-3 hari. Beberapa gejala awal yang mungkin muncul meliputi:

  • Demam.
  • Sakit tenggorokan.
  • Kelelahan.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Batuk.
  • Mata terasa perih dan berair.

Setelah beberapa hari, gejala yang lebih serius akan muncul, seperti:

  • Ruam merah atau ungu yang menyebar.
  • Lepuh pada kulit dan selaput lendir (mulut, hidung, mata, alat kelamin).
  • Pengelupasan kulit.
  • Nyeri saat menelan.

Jika seseorang mengalami gejala-gejala ini, sangat penting untuk segera mencari pertolongan medis.

Apabila telah melakukan perawatan tetapi kulit tidak membaik, Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Kulit di Halodoc yang bisa kamu hubungi.

Penyebab Sindrom Steven-Johnson

SJS paling sering disebabkan oleh reaksi terhadap obat-obatan. Beberapa jenis obat yang paling sering dikaitkan dengan SJS meliputi:

  • Obat anti-kejang (antiepilepsi).
  • Antibiotik (terutama golongan sulfonamid).
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen dan naproksen.
  • Allopurinol (obat untuk asam urat).
  • Obat antiretroviral (ARV) untuk HIV.

Selain obat-obatan, infeksi juga dapat memicu SJS, meskipun lebih jarang. Infeksi yang dapat menyebabkan SJS meliputi:

  • Herpes simplex virus (HSV).
  • Pneumonia.
  • Mycoplasma pneumoniae.
  • HIV.

Pada beberapa kasus, penyebab SJS tidak dapat diidentifikasi.

Faktor Risiko Sindrom Steven-Johnson

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena SJS, antara lain:

  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang dengan HIV/AIDS, kanker, atau penyakit autoimun lebih berisiko terkena SJS.
  • Memiliki riwayat SJS sebelumnya. Jika seseorang pernah mengalami SJS sebelumnya, risiko untuk mengalaminya lagi akan meningkat.
  • Faktor genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik tertentu dapat meningkatkan risiko SJS.

Pahami lebih dalam soal Infeksi Kulit – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan agar kamu waspada terhadap kondisi ini.

Diagnosis Sindrom Steven-Johnson

Diagnosis SJS biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien. Dokter akan memeriksa kulit dan selaput lendir untuk melihat adanya lepuh dan pengelupasan.

Dokter juga akan menanyakan tentang obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan riwayat infeksi.

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan biopsi kulit untuk memastikan diagnosis.

Biopsi kulit melibatkan pengambilan sampel kecil kulit untuk diperiksa di laboratorium.

Pengobatan Sindrom Steven-Johnson

Pengobatan SJS bertujuan untuk meredakan gejala, mencegah komplikasi, dan mempercepat penyembuhan.

Perawatan biasanya dilakukan di rumah sakit, idealnya di unit perawatan luka bakar atau unit perawatan intensif (ICU).

Beberapa langkah pengobatan yang mungkin dilakukan meliputi:

  • Menghentikan obat yang dicurigai sebagai penyebab SJS. Ini adalah langkah pertama dan terpenting dalam pengobatan SJS.
  • Perawatan luka. Luka pada kulit dan selaput lendir harus dibersihkan dan ditutup dengan perban steril untuk mencegah infeksi.
  • Pemberian cairan dan nutrisi. Pasien SJS seringkali mengalami dehidrasi dan kekurangan nutrisi karena kesulitan makan dan minum. Cairan dan nutrisi dapat diberikan melalui infus.
  • Obat-obatan. Dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi, seperti:
    • Analgesik untuk mengurangi nyeri.
    • Antihistamin untuk mengurangi gatal.
    • Antibiotik untuk mengobati infeksi.
    • Kortikosteroid untuk mengurangi peradangan (meskipun penggunaannya masih kontroversial).
    • Imunoglobulin intravena (IVIG) untuk membantu menghentikan reaksi imun.
  • Perawatan mata. Jika mata terpengaruh, dokter mata mungkin akan memberikan obat tetes mata atau salep untuk mencegah kerusakan mata permanen.

Dalam kasus yang parah, pasien mungkin memerlukan transplantasi kulit.

Menurut ahli, penanganan SJS memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis kulit, dokter mata, dan dokter penyakit dalam.

Komplikasi Sindrom Steven-Johnson

SJS dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk:

  • Infeksi. Kulit yang rusak akibat SJS rentan terhadap infeksi bakteri.
  • Dehidrasi. Kehilangan cairan melalui kulit yang rusak dapat menyebabkan dehidrasi.
  • Masalah mata. SJS dapat menyebabkan masalah mata seperti mata kering, luka pada kornea, dan bahkan kebutaan.
  • Masalah paru-paru. SJS dapat menyebabkan pneumonia atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
  • Kerusakan kulit permanen. SJS dapat menyebabkan jaringan parut, perubahan warna kulit, dan masalah kulit lainnya yang bersifat permanen.
  • Kematian. SJS dapat mengancam jiwa, terutama jika tidak diobati dengan cepat dan tepat.

Yuk, ketahui juga Berbagai Tips & Trik Menjalani Hidup Sehat berikut ini.

Pencegahan Sindrom Steven-Johnson

Cara terbaik untuk mencegah SJS adalah dengan menghindari obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan kondisi ini.

Jika seseorang pernah mengalami SJS akibat obat tertentu, penting untuk memberi tahu dokter dan apoteker agar obat tersebut tidak diresepkan lagi.

Selain itu, penting untuk berhati-hati saat menggunakan obat-obatan baru, terutama jika memiliki riwayat alergi atau reaksi terhadap obat-obatan sebelumnya.

Jika muncul gejala awal SJS, seperti ruam atau lepuh, segera hentikan penggunaan obat dan konsultasikan dengan dokter.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala SJS, seperti:

  • Ruam yang menyebar dengan cepat.
  • Lepuh pada kulit atau selaput lendir.
  • Pengelupasan kulit.
  • Demam tinggi.
  • Nyeri saat menelan.
  • Mata terasa perih dan berair.

Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang pemulihan.

Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Sindrom Stevens-Johnson

Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala sindrom Stevens-Johnson, penting sekali untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Dokter spesialis di Halodoc telah berpengalaman menangani penyakit kulit, termasuk Sindrom Stevens-Johnson, serta mendapatkan ulasan positif dari pasien yang mereka tangani sebelumnya. 

Berikut beberapa dokter yang bisa kamu hubungi melalui Halodoc:

  • dr. Frieda, Sp.D.V.E: Dokter spesialis kulit dan kelamin dengan pengalaman 8 tahun, lulusan Universitas Sebelas Maret (2022). Saat ini praktik di Bogor, anggota PERDOSKI, dan tersedia untuk konsultasi di Halodoc.
  • dr. Dyah Ayu Nirmalasari, Sp.D.V.E: Dokter spesialis kulit dan kelamin dengan pengalaman 10 tahun, lulusan Universitas Hasanuddin (2022). Kini praktik di Bima, NTB, anggota PERDOSKI, dan tersedia untuk konsultasi di Halodoc.
  • dr. Made Martina W., M.Biomed, Sp.D.V.E: Dokter spesialis kulit dan kelamin dengan pengalaman 12 tahun, lulusan Universitas Udayana (2017). Kini praktik di Denpasar, Bali, anggota PERDOSKI, dan tersedia untuk konsultasi di Halodoc.

Itulah dokter yang siap memberikan prosedur perawatan Sindrom Stevens-Johnson agar terhindar dari komplikasi serius.

Dengan Halodoc, kamu bisa berkonsultasi secara mudah, aman, dan nyaman tanpa harus keluar rumah.

Tunggu apa lagi? Jika kamu curiga mengalami gejalanya, segera hubungi dokter di Halodoc dengan cara klik banner di bawah ini!

Diperbarui pada 4 September 2025
Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Stevens Johnson Syndrome.
Healthline. Diakses pada 2025. Stevens Johnson Syndrome Overview.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Stevens Johnson Syndrome.

FAQ

1. Apakah SJS menular?

SJS tidak menular. Kondisi ini merupakan reaksi tubuh terhadap obat-obatan atau infeksi, bukan penyakit menular.

2. Apakah SJS bisa sembuh total?

Dengan penanganan yang tepat dan cepat, sebagian besar pasien SJS dapat pulih sepenuhnya.

Namun, beberapa orang mungkin mengalami komplikasi jangka panjang, seperti masalah mata atau kerusakan kulit permanen.

3. Apakah SJS bisa dicegah?

SJS dapat dicegah dengan menghindari obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan kondisi ini dan dengan berhati-hati saat menggunakan obat-obatan baru.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp