Cacar Monyet

DAFTAR ISI
- Apa Itu Cacar Monyet?
- Perkembangan Cacar Monyet di Indonesia
- Penyebab Cacar Monyet
- Faktor Risiko Cacar Monyet
- Proses Penularan Cacar Monyet
- Gejala Cacar Monyet
- Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Pengobatan Cacar Monyet
- Diagnosis Cacar Monyet
- Pengobatan Cacar Monyet
- Komplikasi Cacar Monyet
- Pencegahan Cacar Monyet
- Vaksinasi Cacar Monyet
Apa itu Cacar Monyet atau Monkeypox?
Cacar monyet (monkeypox) adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari kelompok yang serupa dengan penyakit cacar. Penyakit ini sebenarnya telah ditemukan oleh para ilmuwan sejak tahun 1958.
Cacar monyet sering ditemukan di negara Afrika Tengah dan Afrika Barat, tetapi belakangan ini penyakit ini kembali merebak di beberapa negara di luar Afrika.
Penyakit cacar monyet adalah penyakit menular dan penularan bisa terjadi melalui hewan dan manusia.
Penularan tidak hanya terjadi dari primata ke manusia, tetapi juga bisa menular melalui paparan hewan lain, seperti tikus hingga tupai yang terinfeksi.
Perkembangan Cacar Monyet atau Monkeypox di Indonesia
Di Indonesia, kasus cacar monyet pertama kali muncul pada 20 Agustus 2022. Kemudian, pada 13 Oktober 2023, pemerintah kembali melaporkan kasus cacar monyet.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan, bahwa hingga Sabtu (17/8/2024), terdapat 88 kasus konfirmasi cacar monyet. Kasus tersebut tersebar di berbagai wilayah, antara lain:
- Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi.
- Jawa Barat 13 kasus konfirmasi.
- Banten 9 konfirmasi.
- Jawa Timur 3 konfirmasi.
- Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi.
- Kepulauan Riau 1 konfirmasi.
Kabar baiknya, dari jumlah tersebut sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh.
Bila dilihat tren mingguan kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Menurut Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono, MARS mengatakan, dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” Jelasnya pada konferensi pers Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Minggu (18/8/2024).
Penyebab Cacar Monyet atau Monkeypox
Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis langka yang terjadi akibat infeksi virus Monkeypox.
Virus cacar monyet merupakan bagian dari Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.
Para ilmuwan pertama kali mendeteksi penyakit ini akibat adanya wabah yang berasal dari monyet yang digunakan untuk penelitian. Untuk itu, penyakit ini dikenal sebagai cacar monyet.
Penyakit ini tidak hanya bisa ditularkan melalui monyet. Beberapa hewan pengerat seperti tikus dan tupai juga bisa terinfeksi penyakit ini dan menularkannya kepada manusia.
Kondisi cacar ini juga bisa ditularkan dari manusia ke manusia meskipun risikonya cukup kecil.
Faktor Risiko Cacar Monyet
Ada berbagai faktor risiko yang bisa memicu seseorang mengalami infeksi virus yang menyebabkan cacar monyet, seperti:
1. Melakukan kontak langsung atau mengonsumsi produk olahan dari hewan yang terinfeksi
Virus dapat menyebar ke manusia melalui luka yang terbuka dari gigitan atau cakaran dari hewan yang terinfeksi.
Selain itu, mengonsumsi daging yang terinfeksi virus penyebab cacar monyet juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit ini.
2. Melakukan kontak langsung dengan pengidap cacar monyet
Virus cacar monyet ini bisa menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh pengidapnya.
Contohnya seperti melalui air liur yang masuk ke dalam mata, hidung, hingga mulut.
Namun, perlu diingat, penularan dari manusia ke manusia membutuhkan waktu lama dan kontak yang cukup intens. Itulah alasan penyakit ini cukup jarang terjadi antar manusia.
Mau tahu siapa saja yang rentan terhadap penyakit ini? Baca di artikel ini: “Kelompok yang Rentan Terkena Cacar Monyet”.
Proses Penularan Cacar Monyet
Virus monkeypox ditularkan melalui hewan yang terinfeksi, terutama dari monyet dan hewan pengerat seperti tikus.
Selain itu, cacar monyet juga sebagian besar menular melalui kontak langsung kulit ke kulit dengan orang yang memiliki lesi akibat infeksi virus tersebut.
Masa inkubasi virus monkeypox, yaitu waktu dari infeksi hingga timbulnya gejala, biasanya berkisar antara 6 hingga 16 hari, tetapi dapat juga bervariasi antara 5 hingga 21 hari.
Cara penularan virus ini mencakup:
- Kontak langsung. Terjadi akibat cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi.
- Mengonsumsi daging hewan liar. Hewan yang sudah terinfeksi dapat menularkan virus melalui konsumsi dagingnya.
- Benda terkontaminasi. Alat atau permukaan yang terpapar dapat menjadi media penularan.
- Masuknya virus ke dalam tubuh. Virus bisa masuk melalui luka terbuka, saluran pernapasan, atau selaput lendir di mata, hidung, atau mulut.
- Penularan antar manusia. Virus dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi serta secara tidak langsung melalui kontaminasi dengan materi lesi.
Sampai saat ini, virus penyebab cacar monyet baru terisolasi sebanyak dua kali dari hewan di alam liar.
Baru-baru ini, ada klaim bahwa cacar monyet berkaitan dengan hubungan seksual antara pria dengan pria.
Namun, penelitian telah membantah klaim ini dan menyatakan bahwa monkeypox bukanlah penyakit yang hanya dialami oleh komunitas homoseksual.
Penyakit ini dapat menyebar kepada siapa saja yang melakukan kontak dekat dengan individu terinfeksi cacar monyet.
Contoh kontak dekat tersebut termasuk hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi atau berbagi tempat tidur yang terkontaminasi virus.
Oleh karena itu, cacar monyet tidak hanya terbatas pada pria yang berhubungan dengan pria (LSL), tetapi dapat menjangkiti semua orang yang melakukan kontak dekat dengan mereka yang terinfeksi.
Apakah kamu merasakan Ada Gejala Cacar Monyet? 5 Dokter Ini Bisa Bantu Pengobatan sehingga bisa kamu hubungi.
Gejala Cacar Monyet
Gejalanya hampir serupa dengan penyakit cacar air, akan tetapi gejala yang dirasakan lebih ringan dibandingkan dengan penyakit cacar. Berikut tahapan perkembangan gejala cacar monyet atau monkeypox:
1. Periode prodromal
Fase prodromal merupakan tahap awal infeksi yang terjadi sebelum munculnya ruam atau lesi kulit. Gejala pada fase ini mirip dengan infeksi virus lainnya, seperti cacar air atau flu.
Biasanya, fase ini berlangsung 1-5 hari setelah masa inkubasi virus yang berkisar antara 5-21 hari (rata-rata 6-13 hari). Gejala pada fase prodromal meliputi:
- Demam tinggi (di atas 38,5 derajat Celsius). Salah satu tanda awal yang hampir selalu muncul.
- Sakit kepala berat akibat peradangan sistemik yang dipicu oleh virus.
- Nyeri otot (myalgia) dan nyeri sendi (arthralgia) akibat respon imun tubuh terhadap infeksi virus.
- Lemah, lesu, dan kelelahan ekstrem
- Limfadenopati (Pembengkakan kelenjar getah bening). Khas pada cacar monyet dan tidak ditemukan pada cacar air. Kelenjar yang sering membengkak meliputi leher, ketiak, dan selangkangan.
- Menggigil dan berkeringat berlebihan terjadi sebagai respons tubuh terhadap demam tinggi.
- Sakit punggung dan nyeri tulang akibat peradangan sistemik yang terjadi dalam tubuh.
- Mual dan muntah (pada beberapa kasus) mungkin terjadi akibat reaksi tubuh terhadap infeksi virus.
Selama fase prodromal, virus mulai menyebar dalam tubuh, menginfeksi berbagai jaringan dan sistem organ.
Sistem kekebalan tubuh mulai melawan infeksi, yang menyebabkan munculnya gejala demam dan peradangan.
2. Periode erupsi kulit
Fase erupsi dimulai 1-4 hari setelah fase prodromal. Periode ini ditandai dengan munculnya ruam kulit khas yang berkembang melalui beberapa tahap.
Fase ini berlangsung sekitar 2-4 minggu. Berikut tahapan perkembangan ruam dalam fase erupsi:
- Makula (Lesi Datar): Bercak kemerahan muncul pada kulit, biasanya pertama kali terlihat di wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain.
- Papula (Lesi yang Menonjol): Ruam berkembang menjadi benjolan kecil yang lebih menonjol di permukaan kulit.
- Vesikel (Lesi Berisi Cairan Jernih): Benjolan berubah menjadi lepuhan yang berisi cairan jernih, mirip dengan cacar air.
- Pustula (Lesi Berisi Nanah): Cairan dalam lepuhan berubah menjadi nanah, membuat lesi tampak lebih besar dan lebih nyeri.
- Keropeng (Krustasi/Scabbing): Setelah beberapa hari, lesi mulai mengering dan membentuk keropeng. Setelah sembuh, keropeng akan lepas, meninggalkan bekas luka yang mungkin bersifat permanen.
Adapun ciri-ciri ruam pada cacar monyet:
- Ruam muncul pertama kali di wajah sebelum menyebar ke bagian tubuh lain, seperti telapak tangan, telapak kaki, lengan, tungkai, dan alat kelamin.
- Ruam menyebar secara sentrifugal, artinya lebih banyak di wajah dan ekstremitas dibandingkan tubuh bagian tengah.
- Pada beberapa kasus, ruam juga bisa muncul di mukosa mulut, konjungtiva mata, serta genitalia.
- Semua ruam berkembang secara bersamaan dalam satu area tubuh, berbeda dengan cacar air yang berkembang dalam berbagai tahap secara bersamaan di satu area.
Di fase ini, virus menginfeksi sel-sel kulit, menyebabkan munculnya ruam khas cacar monyet.
Sistem kekebalan tubuh masih bekerja keras melawan infeksi, yang menyebabkan pembentukan pustula dan peradangan.
Setelah beberapa minggu, tubuh mulai pulih, dan ruam berangsur-angsur menghilang. Biasanya, kondisi ini dapat membaik dan menghilang dengan sendirinya. Baca lebih lanjut mengenai Gejala Baru Cacar Monyet.
Perbedaan Gejala Cacar Monyet dan Cacar Air serta Karakteristik Unik Lesi
Cacar monyet (monkeypox) dan cacar air (varicella) memiliki beberapa kesamaan dalam gejalanya, terutama munculnya ruam pada kulit.
Namun, keduanya berasal dari virus yang berbeda dan memiliki karakteristik penyakit yang khas.
Berikut adalah perbedaan utama antara cacar monyet dan cacar air.
1. Penyebab Penyakit
Cacar monyet disebabkan oleh Monkeypox virus (MPXV) dari keluarga Poxviridae, sementara cacar air disebabkan oleh Varicella-zoster virus (VZV) yang termasuk dalam keluarga Herpesviridae.
2. Masa Inkubasi dan Onset Gejala
Cacar monyet memiliki masa inkubasi sekitar 5–21 hari, dengan rata-rata 6–13 hari, sedangkan cacar air memiliki masa inkubasi 10–21 hari, dengan rata-rata 14 hari.
Gejala awal cacar monyet muncul secara bertahap, dimulai dengan demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening sebelum munculnya ruam.
Sementara itu, pada cacar air, demam biasanya muncul bersamaan atau setelah ruam mulai berkembang.
3. Perbedaan Gejala Umum
Pada cacar monyet, demam yang muncul cenderung lebih tinggi dan diikuti dengan sakit kepala hebat, nyeri otot, nyeri sendi, serta kelelahan ekstrem.
Gejala khas lainnya adalah pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati), yang sering terjadi di leher, ketiak, atau selangkangan. Hal ini tidak ditemukan pada cacar air.
Sebaliknya, cacar air biasanya hanya menyebabkan demam ringan hingga sedang, dengan gejala flu ringan seperti batuk dan pilek.
4. Perbedaan Pola dan Lokasi Munculnya Ruam
Ruam pada cacar monyet biasanya muncul pertama kali di wajah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Sebaliknya, cacar air biasanya dimulai di dada, punggung, dan wajah, lalu menyebar ke seluruh tubuh, tetapi sangat jarang mengenai telapak tangan dan kaki.
Selain itu, penyebaran ruam cacar monyet bersifat centrifugal, yaitu lebih banyak terjadi di wajah dan ekstremitas dibandingkan di bagian tengah tubuh.
Sebaliknya, cacar air bersifat centripetal, yang berarti lebih banyak muncul di bagian tengah tubuh, seperti perut dan punggung, dibandingkan dengan wajah dan ekstremitas.
5. Karakteristik Unik Lesi Kulit
Lesi cacar monyet berkembang dalam tahapan yang serentak di satu area tubuh. Artinya, jika ada lesi di lengan yang berada pada tahap pustula, maka semua lesi di area tersebut akan berada dalam tahap yang sama.
Ini berbeda dengan cacar air, di mana ruam berkembang secara bertahap dalam satu area, sehingga dalam satu bagian tubuh bisa ditemukan lesi dalam berbagai tahap, mulai dari makula (bercak merah), vesikel (lepuhan berisi cairan), hingga pustula.
Lesi cacar monyet juga lebih besar dan lebih dalam, sering kali terasa nyeri dan meninggalkan bekas luka setelah sembuh. Sementara itu, lesi cacar air lebih kecil, dangkal, dan terasa sangat gatal, bukan nyeri.
6. Lama Penyakit dan Penyembuhan
Cacar monyet memiliki durasi penyakit yang lebih panjang, yaitu sekitar 2–4 minggu, dengan proses penyembuhan yang lambat.
Sebaliknya, cacar air cenderung lebih cepat sembuh dalam 1–2 minggu.
Selain itu, cacar monyet lebih sering meninggalkan bekas luka permanen dibandingkan cacar air, terutama jika terjadi infeksi sekunder pada lesi.
7. Risiko Komplikasi
Komplikasi cacar monyet cenderung lebih serius dibandingkan cacar air.
Infeksi ini dapat menyebabkan pneumonia, sepsis, ensefalitis (radang otak), serta masalah pada paru-paru dan mata.
Sementara itu, cacar air biasanya lebih ringan, tetapi bisa menyebabkan komplikasi seperti infeksi kulit sekunder, pneumonia, atau ensefalitis, terutama pada orang dengan sistem imun lemah.
8. Cara Penularan
Cacar monyet dapat menular melalui kontak langsung dengan lesi kulit atau cairan tubuh penderita, serta melalui hewan yang terinfeksi.
Sementara itu, cacar air lebih mudah menular melalui udara, di mana virus dapat menyebar melalui percikan droplet yang dihirup oleh orang lain.
Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Pengobatan Cacar Monyet
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala mirip cacar monyet, sebaiknya segera menghubungi dokter di Halodoc untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Diagnosis dan pengobatan yang dilakukan sedari dini bisa membantumu terhindar dari berbagai komplikasi berbahaya.
Nah, berikut beberapa dokter yang sudah berpengalaman yang bisa kamu hubungi.
Dokter-dokter ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Fakta Tentang Cacar Monyet
Meskipun namanya cacar monyet, virus ini sebenarnya tidak hanya ditemukan pada monyet. Hewan pengerat seperti tikus juga menjadi inang alami virus ini.
Selain itu, banyak orang yang awalnya mengira mereka terkena flu biasa karena gejala awal cacar monyet mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.
Ruam yang muncul akibat cacar monyet juga memiliki karakteristik yang khas.
Dimulai sebagai bintil-bintil kecil yang kemudian berubah menjadi lepuhan berisi cairan, lalu mengering dan membentuk keropeng.
Apa Kata Riset?
Melansir dari studi yang dipublikasikan dalam Immunological Review, virus cacar monyet memiliki perbedaan genetik dibandingkan dengan virus cacar biasa, terutama dalam hal gen yang memengaruhi respon imun tubuh manusia.
Tidak mendapatkan imunisasi cacar bisa menurunkan kekebalan tubuh terhadap virus-virus orthopoxvirus, termasuk cacar monyet.
Perubahan lingkungan dan perilaku manusia juga dapat meningkatkan peluang kontak dengan hewan yang membawa virus cacar monyet.
Diagnosis Cacar Monyet
Dokter akan memastikan riwayat kesehatan dan keluarga pengidapnya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan gejala yang terjadi.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan pada lesi dan ruam yang muncul melalui pemeriksaan laboratorium.
Sampel cairan dari lesi kemudian akan diproses melalui polymerase chain reaction (PCR) test.
Selain itu, pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan melakukan biopsi. Pemeriksaan ini akan dilakukan dengan mengambil sampel bagian lesi dan kulit untuk memastikan jenis virus yang menyebabkan munculnya gejala.
Pengobatan Cacar Monyet
Saat ini tidak ada pengobatan yang bisa menghilangkan penyakit ini. Pengobatan yang dilakukan biasanya digunakan untuk meredakan gejalanya saja.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki tiga upaya sebagai langkah penanggulangan cacar monyet. Upaya tersebut terdiri dari surveilans, terapeutik, dan vaksinasi.
Terapeutik sendiri akan dilakukan dengan pemberian terapi simtomatis dan mempersiapkan pemenuhan logistik antivirus khusus cacar monyet.
Namun, antivirus tidak perlu diberikan untuk semua pengidap cacar monyet.
Pasien yang mendapatkan antivirus merupakan kelompok yang berisiko mengalami atau sudah mengalami gejala yang berat.
Kondisi berat diartikan memiliki lebih dari 100 lesi pada kulit atau mengalami gejala lain. Contohnya seperti demam tinggi, mual, dan muntah.
Selain itu, munculnya lesi pada bagian vital tubuh juga perlu dilakukan perawatan dengan antivirus.
Misalnya, muncul lesi pada area mata yang bisa memicu kebutaan atau di area tenggorokan yang dapat menutup jalan napas.
Kabar baiknya, menurut dr. Robert Sinto, Sp.PD, K-PTI, FINASIM dari Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia, dalam konferensi 14 pasien di Indonesia belum membutuhkan antivirus.
Beberapa kelompok yang berisiko lebih tinggi untuk menerima pengobatan di rumah sakit adalah anak-anak, lansia, dan orang dengan kondisi atau sedang mengonsumsi obat yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuhnya.
Baca lebih lanjut mengenai Antisipasi Tepat Pengobatan Cacar Monyet
Komplikasi Cacar Monyet
Ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh penyakit ini, seperti:
- Bronkopneumonia.
- Sepsis.
- Peradangan pada jaringan otak.
- Infeksi pada bagian kornea hingga lapisan luar mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.
Penyakit cacar monyet juga dapat menyebabkan kematian pada pengidapnya, tetapi komplikasi ini sangat jarang terjadi.
Sebanyak 1 dari 10 kasus cacar monyet mengalami kematian.
Ada beberapa risiko yang menyebabkan kematian pada pengidap kondisi ini, seperti usia yang sangat muda, riwayat kesehatan yang buruk, hingga komplikasi yang memburuk.
Pencegahan Cacar Monyet
Melansir dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit – Kemenkes RI, ada beberapa upaya pencegahan yang bisa kamu lakukan.
Salah satunya tidak melakukan aktivitas seksual dengan pasangan yang menunjukkan gejala cacar monyet.
Pastikan juga untuk menerapkan praktik seksual yang sehat, dan tidak berganti pasangan seksual untuk mencegah penularan cacar monyet.
Selain itu, segera hubungi dokter bila mengalami gejala terkait penyakit cacar monyet.
Jangan pergi keluar rumah dan sebaiknya hindari kerumunan untuk mencegah penyebaran virus ini.
Kamu juga bisa melakukan pencegahan lainnya, seperti:
- Hindari bepergian menuju daerah yang menjadi lokasi penyebaran penyakit ini.
- Rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Jika tidak memungkinkan, kamu bisa menggunakan hand sanitizer.
- Jangan mendekati hewan pengerat atau primata yang masih liar.
- Hindari mengonsumsi daging hewan yang mentah.
- Cegah berbagi atau menggunakan barang pribadi bersama dengan pengidap.
- Jaga jarak aman dengan pengidap cacar monyet.
- Dapatkan vaksin cacar, sebab vaksin cacar diyakini bisa mencegah penyakit cacar monyet sebesar 85 persen.
Selain itu, pastikan selalu menjaga sistem kekebalan tubuh agar tetap kuat dengan konsumsi makanan bergizi serta vitamin dan suplemen yang diperlukan.
Temukan produk terbaiknya hanya di Toko Kesehatan Halodoc.✔️
Vaksinasi Cacar Monyet
Menurut data dari Kemenkes RI, pemberian vaksinasi cacar monyet telah dilakukan sejak 23 Oktober 2023 lalu.
Pemberian vaksin cacar monyet ini memiliki jumlah sasaran sebanyak 477 peserta, sesuai dengan jumlah ketersediaan vaksin cacar monyet.
Vaksin cacar monyet akan didapatkan dalam dua dosis. Setelah pemberian dosis pertama, kamu akan mendapatkan jeda empat minggu untuk mendapatkan dosis kedua.
Biasanya, vaksin akan bekerja semakin optimal setelah dua minggu pemberian dosis kedua.
Pemberian vaksinasi cacar monyet ini ditujukan oleh kelompok rentan yang mengalami kontak erat dengan pengidap cacar monyet, atau orang dengan human immunodeficiency virus (HIV).
Kapan Harus ke Dokter?
Segera hubungi dokter di Halodoc untuk mendapatkan pengobatan medis yang tepat jika mengalami gejala yang mirip dengan cacar monyet.
Apalagi jika kamu baru saja melakukan kontak langsung dengan pengidapnya, atau mengalami luka akibat hewan yang berpotensi menularkan penyakit ini.
Yuk, download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play sekarang juga!